Apakabar paras cantik,
aku tahu malam ini kamu tengah lara,
dihantui berjuta cemas dari sekelumit tawaran kumbang
yang setiap saat mendekati, menganggu dan merayu
Jiwaku menemui dan duduk ditepi tubuhmu malam ini
duduk termenung menatap mata yang terpejam
merelakan sekujur tubuh kepada kepasrahan
membiarkan rasa kesal menunggu balasan
yang sudah biasa kau acuhkan, sampai pagi mekar

Raga terpisah Jarak, menegaskan kerinduan membentang,
membangun ketaatan tanpa tuan,
melukis ketulusan tanpa perintah,
dan membungkus rahasia pada kepatuhan
Untukmu juga, aku selalu bertahan pada kamar hati
tenteram berbahasa, mengikuti alur cerita
dan biarlah khayalanku selalu tergusur
meski sebenarnya bukan oleh keelokan
begitulah ketidakfahaman yang sesekali menyimpang

Tetaplah pejamkan matamu, wahai paras cantik
penahananmu atas keinginan yang sesungguhnya ada
akan selalu melekat pada hati dan tidak akan pernah binasa
sekalipun kau pisahkan hati dengan ragamu
Jantungmu tidak bisa berbohong,
akui saja ketika kau tatap mataku dia tergoncang
dan ketika aku jauh darimu dia tersesak
atau bahkan, setiap saat kau sembunyikan dalam senyuman
dia akan merontakan kekalutan,
Yang katamu itu pintar dan tegar
Namun menurutku itu kedunguan
karena suatu saat semua itu akan menjadi racun 
seperti kau tuang dalam cawan,
lalu kau sendiri meneguknya

Aku selalu mengikutimu
mengintai dari sela-sela hari
mengitari jalan gelap pada malam
dan menikmati setiap kesedihan pada doa 
waktu persembahyangan
aku tidak pernah meminta, bahkan memaksa
hanya secara kebetulan angin membawakan aroma wangi untuku
menjelma seputaran taman berbunga mawar
lalu, menuntun kelelahanku untuk segera singgah
duduk menyendiri diatas kursi kecil
sambil menundukan kepala dengan tangan bertemu diatas lutut
bersama meraba dan bercengkrama kelembutan

Saat ini aku ingin mengajarkanmu kebohongan
dan bersembunyi dari arak-arakan para badut
lalu kita tertawa bahagia
Hanya, jangan pernah kau anggap ini sebagai takdir
menggoreskan hitam dan penyesatan
tapi jadikan ini sebagai sebuah untaian nasib
mengalungi lingkar tanganmu yang lentik
dan Percayalah, pada saatnya tiba aku akan membangunkanmu..


2 komentar:

 
Top