resah tak berarti
itulah kepiluan
mengiringi langkah
dan tak pernah sampai

kemana saja kau?
yang kemarin masih menemani dalam ketakutan
dan kebodohan yang kita buat,
menjadi hiasan mengikat malam

pasti kau besembunyi malam ini
berhias seperti bidadari
namun melayani seperti mati
musnahlah iri

bukankah kau tahu,
tak ada satupun orang melihat
bulan menangis luka
atau malam yang selalu menyesal
karena kesendirian

tanyakanlah ini kepada orang-orang dinegrimu
kepada seorang ibu yang pernah pergi meninggalkan bayi
kepada seorang ayah yang hanya menunggu kembali
atau kepada orang yang tak penah saling berbagi

lukislah lukamu pada selembar kertas
biarkan airmata menetes
dan mengering melebur bersama tinta ketulusan
lalu, berikanlah ceritamu kepada orang yang mengerti
namun jangan kau wariskan itu

Puisi Setelah Tiga Malam

setelah tiga malam
relakanlah,
badai kebencian terpaksa menyapu bersih harum tubuhmu
dan kecewa,
akan menahan tunas asa untuk tumbuh










0 komentar:

Post a Comment

 
Top