Direct Selling dengan Konsep Kredit, Bag 1 (19 juli 2012)

Salah satu tujuan penjualan adalah tercapainya target perusahaan melalui beragam cara, keahlian dan metode penjualan. Salah satu mekanisme itu adalah digunakan nya cara kredit untuk mencapai tujuan tersebut, dalam hal ini istilah kredit sudah tidak asing lagi terdengar disetiap kalangan, mau itu di kota-kota besar sampai dengan pelosok desa mengetahuinya. kredit merupakan satu jembatan untuk seseorang mencapai keinginannya, menjadi suatu jalan dalam mencapai satu keinginan untuk memiliki uang dan barang secara lebih mudah.

Penjualan kredit adalah penjualan barang secara tidak tunai yang dicatat sebagai debit pada perkiraan piutang datang dan kredit pada pada perkiraan penjualan dengan (Sumarso SR, akuntansi suatu pengantar, edisi sembilan, hal 178)

secara sederhananya Penjualan kredit merupakan penjualan yang pembayarannya dilakukan beberapa kali atau dengan cara di cicil atau dibayar sekaligus pada waktu yang ditentukan dan terkadang didahului dengan pembayaran uang muka.

banyak kemudahan yang didapatkan dari proses kredit, keuntungan bagi penjualan maupun konsumen atau yang mendapatkan kredit atau dalam bahasa perbankan disebut debitur, dari kemudahan ini maka beberapa atau bahkan banyak perusahaan direct selling telah melakukan konsep kredit dalam menjalankan usahanya. 

Meski dalam proses ini tidak selalu mencapai kemudahan tentunya akan adanya kesulitan yang akan timbul,  diantara kesulitan tersebut adalah terjadinya pembengkakan piutang yang tidak bisa ditagih pada waktu jatuh tempo sehingga menimbulkan kesulitan pada kas piutang. tidak sedikit perusahaan direct selling terlebih direct selling tradisional tidak mampu mengendalikan masalah ini dikarenakan kurangnya pemahaman tetang manajemen piutang. 

dari kesulitan tersebut maka akan berpengaruh pada besarnya modal yang diperlukan oleh pelaku perusahaan dan semua akan sangat sulit jika tidak adanya keseimbangan antara besarnya modal dan terjadinya resiko yang terjadi di-kemudian hari yang sangat besar.  

Pada dasarnya piutang akan menjadi kas pada saatnya dan akan menjadi modal kembali untuk digunakan pembelanjaan dan penggunaan lainnya bagi perusahaan. sepintas piutang adalah suatu aset perusahaan yang akan membesarkan perusahaan, akan tetapi kenyataan nya tidak mutlak terjadi. tanpa adanya peninjauan sekaligus perawatan piutang maka tidak tertutup kemungkinan semua piutang tersebut akan tidak dapat ditagih artinya perusahaan akan menemukan kerugian penjualan dan dengan demikian terjadi kemunduran perusahaan artinya perusahaan tersebut tidak dapat melangsungkan usahanya.

berikut salah satu metoda peninjauan awal untuk kelayakan pemberian kredit oleh perusahaan,  yang akan meminimalkan  resiko kerugian pada perusahaan yang di kemas melalui 5C. diantaranya:

1. Character (karakter) mengacu pada sikap dan tanggungjawab pelanggan terhadap utangnya.

2. Capasity (kemampuan) mengacu pada kemampuan pelanggan terhadap utangnya.

3. Capital (modal) mengacu pada per-putaran usaha pelanggan dilihat dari perjalanan bisnis pelanggan.

4. Collateral (jaminan) mengacu kepada jaminan kredit atau setidaknya aset yang dimiliki oleh pelanggan.

5. Condition (kondisi) mengacu kepada kondisi pelanggan terhadap kemampuan pelanggan secara jangka panjang.

Setelah secara mendasar Pelaku perusahaan atau manajer kredit mengetahui dan menjalankan fungsi 5C, hal lain yang perlu dilakukan adalah mengatur per-putaran piutang. ada aturan umum yang memberikan uraian tentang bagaimana kita melakukan peninjauan per-putaran piutang salah satunya dengan mengetahui rata-rata piutang usaha dengan rumus (=piutang awal usaha+piutang akhir usaha/2), dan akan mengindikasikan jumlah per-putaran piutang usaha dengan rumus (=penjualan netto pertahun/rata-rata piutang usaha). Sehingga pada akhirnya akan tersimpul-kan berapa kali per-putaran modal terjadi dalam satu tahun sebagai efisiensi modal perusahaan karena semakin cepat per-putaran piutang berarti semakin cepat modal kembali berarti modal yang ditanam dalam piutang akan kecil sehingga akan menghindari pembengkakan permodalan (over invesment)

selanjutnya hal yang harus diketahui adalah bagamaina melakukan dan menghitung peride pengumpulan piutang (jangka yang diperlukan waktu rata-rata pengumpulan piutang) dengan rumus (=360/perputaran piutang).