Usaha berkah tanpa renten dan rentenir bag. 2 (jeratan rentenir)

Pada pemaparan kali ini pengkajian usaha berkah tanpa renten dan rentenir akan ditinjau dari beberapa sisi akibat, berkaitan dengan penyimpangan, kerugian, kenyamanan usaha, dan penghalang suatu usaha dalam mencapai kemajuannya. Salah satu yang paling penting mempengaruhi adalah tidak terdapatnya nilai-nilai yang mengarahkan kepada keberkahan, semua akan berkaitan dan bersama-sama akan kita hubungkan korelasinya antara renten, riba dan berkah terhadap kelangsungan sebuah usaha.

Sebelum kita bahas lebih lanjut tentang Usaha berkah tanpa renten dan rentenir, baiknya kita ketahui terlebih dahulu pengertian renten dan rentenir. Renten adalah suatu aktifitas dimana seseorang meminjamkan uang dengan bunga yang berlipat-lipat, memungkinkan melebihi uang yang dipinjam jika cicilannya terlambat. Sedangkan Rentenir adalah seseorang yang menjalankan proses renten, istilah renten sendiri berasal dari bahasa inggris dari kata "rente" yang artinya bunga atau riba, dengan kata lain rentenir adalah tukang riba. Seorang rentenir biasanya memasang bunga dari mulai 5 sampai 10 % dikali pokok pinjman setiap bulannya, jika peminjam tidak bisa membayar bunga pada salah satu bulan atau bulan-bulan lainnya, maka kewajiban bunga yang tidak bisa dibayarkan akan ditambahkan menjadi pokok pinjaman, artinya semakin peminjam tidak bisa membayar bungan maka akan semakin besar hutang pokok sekaligus bunganya.

Dalam muamalah (baca: jual beli), Jenis riba dalam konteks renten masuk pada jenis riba an nasi'ah, yaitu jual beli yang mengakhiri tempo pembayarannya. Riba jenis inilah yang terkenal di zaman jahiliyah. Salah seorang dari mereka memberikan hartanya untuk orang lain sampai waktu tertentu dengan syarat dia mengambil tambahan tertentu dalam setiap bulannya sedangkan modalnya tetap dan jika sudah jatuh tempo ia akan mengambil modalnya, dan jika dia belum mampu membayar, maka waktu dan bunganya akan ditambah.

Riba dalam jenis transaksi ini sangat jelas dan tidak perlu diterangkan sebab semua unsur dari Riba telah terpenuhi semua seperti tambahan dari modal, dan tempo yang menyebabkan tambahan. Dan menjadikan keuntungan (interest) sebagai syarat yang terkandung dalam akad yaitu sebagai harta melahirkan harta  karena adanya tempo dan tidak lain adalagi yang lain.

Melalui hasil riset menunjukan, Kegiatan renten banyak ditemukan disekitar kita, secara perorarangan maupun kelompok, dari mulai profesi petani sampai pengusaha, dari yang awam sampai yang alim, dari pelosok desa sampai penjuru kota dan nilai pinjamannyapun beragam mulai dari ratusan ribu sampai ratusan juta. Berikut contoh kasus untuk menggambarkan teknis dan proses renten diberbagai temapat yang saya temui;

1. Renten dengan pembayaran bunga dari hasil tanaman
Kasus ini banyak terjadi dipedesaan, seseorang rentenir memberikan pinjaman modal bertani kepada seorang petani padi dan modal sekaligus penghasilannya harus dilunasi setelah masa panen tiba atau setelah kurang lebih tiga bulan dengan ditentukan besaran kelebihan dari pinjaman, pembayaran bunga  berupa sekian kilo gram padi sesuai dengan nilai uang pinjaman. Semisal dengan uang pinjaman satu juta rupiah, seorang petani harus membayar pokok pinjaman sekaligus ditambah dengan kelebihan kepada orang yang meminjamkan sebesar seratus kilo gram padi.

2. Renten degan kedok investasi
Seseorang ikut menanam modal pada sebuah bentuk usaha tetapi dengan ketentuan besaran keuntungan atau hasil ditentukan diawal, setiap bulannya diwajibkan membayar keuntungan dan tidak menyesuaikan rugi atau untungnya proses usaha yang menjalankan modalnya itu.

3. Renten rentenir
Dengan terang-terangan seseorang atau berkelompok melakukan pinjam meminjam uang, biasanya pada sebuah desa atau kampung pelaku-pelaku rentenir ini sudah tidak bersembunyi-sembunyi, mereka melakukan dengan terang-terangan atau diketahui oleh masyarakat umum. Dalam kasus ini cenderung sangat membuka peluang orang-orang untuk melakukan proses renten.

Beberapa penyebab menjadikan seseorang melakukan pinjaman kepada rentinir, diantaranya;

1. Kurangnya pemahaman tentang bahaya renten, berdampak membinasakan bukan hanya materi namun mengancam psikologis, kenyamanan hidup dan bahkan akan merenggut hak-hak hidup seseorang.  
2. Tidak memahami manajemen usaha, tidak dilakukan persiapan  perhitungan sistematis mengenai proses usaha mengenai perputaran uang sehat dan keamanan usaha secara jangka panjang.
3. Tidak mengetahui sistem perkeriditan secara resmi, atau mengetahui namum kebutuhan terlalu mendesak, oleh karenanya diambil jalan pintas tanpa proses panjang. Jelas, dengan cara itu malah akan sangat merugikan usaha, tak  jarang pengusaha tidak mendapatkan hasil sepeserpun dari keuntungan, keuntungan dibayarkan untuk bunga rentnir dan lebih jauhnya tanpa disadari ketika usahanya menurun, kewajiban membayar bunga sebenarnya diambil dari sumber dana lain, sampai jika terjadi resiko yang paling buruk adalah ketika usahanya benar-benar pailit, seorang tidak mampu mambayar bunga bulanan dan secara otomatis pokok hutang akan semakin membengkak dan bungapun akan semakin besar tanpa ada batasan kecuali hutang pokok dan bunga tersebut bisa dilunasi si peminjam.    
4. Pengaruh lingkungan, perilaku rentenir biasanya berkembang melalui kekuatan kelompok, berawal dari kekutan kecil antara anggota keluarga berkembang menjadi kekuatan besar menjadi kelompok antara satu keluarga dengan lingkungan sekitar, hingga mencapai biasanya rentenir akan mempunyai sebuah lingkaran tetap, yang berarti peminjam kepada rentenir adalah orang-orang yang sama. Dengan demikian, orang-orang didalamnya akan saling mempengaruhi untuk membentuk rasa keyakinan terhadap sesuatu yang dijalaninya.
5. Belum menemukan efek jera, secara alami setiap perlakuan kurang baik akan terhenti dengan sendirinya pada saat dampak terburuk dari perlakuan terjadi, muncul rasa jera atau kapok dan tidak mau mengulang lagi. Namun, meski demikian sebaiknya semua faktor harus lebih diidentifikasi secara cepat dan mendasar, diperlukan pihak-pihak terkait berperan lebih serius untuk menanggulangi masalah ini, dari lingkungan sekitar, tokoh-tokoh agama maupun aparta-aparat pemerintah secara intensif harus segera melakukan pendekatan, pelatihan, dan pengajaran pengetahuan tentang kemudahan cara-cara berdagang atau berusaha dengan baik, sehingga hal-hal yang merugikan masyarakat lebih bisa diantisifasi.     

Kelanjutannya baca juga Usaha berkah tanpa renten dan rentenir bag. 3

Referensi.
http://www.islamnyamuslim.com/2013/11/definisi-dan-jenis-jenis-riba.html