Ada istilah P7 (pergi pagi pulang petang penghasilan pas-pasan pisan), atau ada istilah P5M (pergi pagi pulang petang penghasilan memuaskan). Bagi setiap sales siapa yang tidak pernah mendengarkan kedua istilah itu, istilah yang sudah menjadi icon dalam pembahasan motivasi kerja lapangan, dan saya yakin kedua istilah tersebut juga pasti pernah dialami setiap sales. Mendasar pada alasan bahwa penjualan bersifat fliktuiatif atau pasang surut, menyadarkan semua pelaku sales sudah terbiasa dalam kondisi apapun, mau dapat atau pun tidak dapat hasil tetap semangat, tentunya dibarengi dengan usaha-usaha yang maksimal.

Apa yang menjadikan hasil pasang surut penjualan ditunjang berbagai faktor  diantara dikarenakan kendala alam maupun faktor manusia. Faktor alam contohnya musim hujan atau ada bencana lain yang tidak bisa dihindari, sedangkan contoh dari faktor manusia salah satunya seperti malas dan tidak punya semangat kerja. Saya yakin secara berjalannya proses menjadi sales kebanyakan salespun sudah menguasi penangkal dari beberapa faktor kendala yang baru saja disebutkan, karena sepertinya membangun mental yang kuat lebih mudah dari pada membangun skill atau kemampuan yang terarah dan sistematis.

Kenapa saya simpulkan demikian, mari kita buat contoh supaya lebih dimengerti.

Sebut saja sinar, sinar adalah salah satu salesman pada sebuah perusahaan yang menjual alat-alat rumah tangga, sinar mempunyai dorongan kerja untuk membantu kebutuhan keluarga yang jauh diluar kota, baginya cukup dengan dorongan itu akan mampu mewakili semangat, keinginan, membangun kemampuan menjual  dan kerja banting tulang. Sungguh sangat memuaskan, karena setiap akhir bulan gajian sinar mendapatkan komisi cukup besar dan bisa mencukupi kebutuhan untuk membantu segala kebutuhan keluarganya. Apa yang dilakukan sinar? setiap harinya sinar bekerja penuh waktu dari pagi sampai petang, sinar yang mempunyai mental baja, sinar yang tak pernah menghiraukan segala apapun kendala, dan dengan hanya jalan kaki sinar mampu menawarkan secara door to door dan mampu menjual produk banyak sampai mencapai melebihi target yang ditentukan oleh perusahaan tempat sinar bekerja.

Tidak terasa sudah hampir tiga tahun sinar bekerja sebagai sales diperusahaan itu, dan dari waktu tiga tahun itu sinar bekerja dengan baik dapat mencapai target penjualan. Memang secara nilai penghasilan sinar mampu mencukupi semua kebutuhan. Namun, sampai kapan sinar akan seperti itu, menjadi seseorang yang hanya berfikir sederhana demi uang, penghasilan dan pujian semu dari pencapaian target. Sedangkan, hal yang penting tidak pernah dipertanyakan yakni apa sesungguhnya yang saya dapatkan dari pekerjaan sales? itulah awal perubahan sinar, menurutnya tiga tahun yang sia-sia, bukan berarti tidak mendapatkan apa-apa, namun uang ternyata tidak penah merubah nilai diri.

Apa yang saya peroleh dari pekerjaan salesman?

Baiklah, sekarang mari kita perhatikan seksama. Mungkin, cerita sinar memeberikan gambaran umum bahwa rata-rata salesman tidak pernah sadar bahwa sesungguhnya apa yang akan mereka dapatkan dari pekerjaan itu, bukan karena tidak mendapatkan apa-apa seperti penghasilan bulanan, tetapi pernahkah kita sadari bahwa kebiasaan kita memikirkan target jualan akan membatasi kita memikirkan masa depan kita sesungguhnya, pernahkah kita sadari dengan perjuangan yang menuntun kita menuju pencapaian target adalah sekedar pengkelabuan terhadap masa depan kita, pernahkah kita tanyakan kepada diri kita keahlian menonjol apa yang kita peroleh dari usaha kita mencapai kebutuhan melalui pencapaian hasil materi, atau tanyakan kembali hal apa yang bisa saya kembangkan dari pengalaman pekerjaan ini jika saya berhenti bekerja, dan banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang tidak pernah kita sadari. Masalahnya sederhana kenapa kita takpernah tanyakan itu, karena kita terlalu sederhana berfikir yaitu kita bekerja sekedar untuk uang.

Kita perjelas lagi, dengan sikap seperti contohnya sinar, cenderung menjadikan seseorang tidak mampu berkreasi, tidak mampu menonjolkan sikap melawan arus, hanya menjadikan diri sebagai prilaku yang ingin mudahnya saja, tidak bisa belajar menghadapi resiko, menjadikan prilaku merasa bisa sendiri dan menjadikan perilaku tidak bisa mendengarkan pendapat orang lain. Contoh sederhana, dalam perusahaan pemasaran penjualan alat-alat rumah tangga, salesman yang berprilaku sperti itu cenderung akan menjual produk yang mudah dijual saja, dengan bekal mental dan keinginan besar, sekedar menenteng produk dan memperlihatkan kepada konsumen, sales pun tidak perlu terlalu sulit berfikir jauh tentang cara atau trik menjual meski terkadang harus melakukan pekerjaannya sepenuh hari, tidak pernah memikirkan bagaimana caranya untuk bekerja separuh hari dengan hasil maksimal, sekedar memikirkan produk yang cantik semata tanpa mengolah secara keahlian sekalipun produk tersebut dijual di perusahaan pesaingnya, dan akhirnya enggan berfikir bagaimana mengolah produk yang memiliki tingkat kesulitan menjual.

Kenapa demikian, karena mereka lebih memikirkan target atau pencapaian bulan itu saja tanpa berfikir bulan-bulan berikutnya disaat salah produk yang diiunggulkan olehnya tadi mengalami titik jenuh dan tidak bisa diterima lagi oleh masyarakat, lainnya lagi mereka tidak pernah berfikir bahwa pada suatu saat mereka akan dihadapkan dengan tantangan luar dari kemampuan yang dimilikinya dan pada saat itu pula mereka akan mengukuhkan keegoannya untuk menutupi segala kekurangannya masing-masing. Dan yang paling merugikan adalah mereka akan kehilangan kesempatan yang lebih besar dari pada sekedar menjadi seorang salesman abadi dengan qualitas dibawah rata-rata.

Mari kita buka pikiran kita lebih luas dan jangan pernah berfikir sempit seperti berfikir dalam sebuah kotak yang setiap sisi mempunyai pembatas, hilangkanlah semua pembatas itu. Profesi kita adalah salah satu profesi dasar yang kebanyakan menjadikan orang-orang menjadi sukses, tanyakan mulai saat ini mengapa meraka mampu mencapai kesuksesannya dari profesi ini. Maka, tentunya persiapkan dari sekarang hasil pekerjaan yang kita jalankan harus menghasilkan lebih dari pada sekedar uang, yaitu berupa perubahan nilai diri, mulai dari pemanfaatan waktu bekerja sekaligus mendidik diri menjadi pribadi lebih baik dan unik, melakukan tindakan tidak hanya untuk hasil sesat tapi persiapkan masa depan, sikap yang baik terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain, menerima semua masukan pengertahuan-pengetahuan diluar dari yang kita kuasai, saling menghargai antar sesama, membuka diri terhadap lingkungan profesi, menguji kemampuan setiap saat sebagai asahan diri menjadi lebih ahli bukan sekedar tukang, menggali kemampuan yang belum dikuasi, menjadikan performa lebih bergairah dan buat gambaran gambaran tujuan akhir mengenai menjadi apakah kita dalam hal pekerjaan atau bisnis kita. Pada akhirnya semua kelebihan itupun akan merubah nilai jual kita, bayangkan setelah nilai jual tinggi maka bukan kita yang mencari pekerjaan namun pekerjaan akan mencari kita karena membutuhkan keahlian yang kita miliki.

Demikian penjelasan kali ini, mohon maaf atas segala kekurangannya dan terimakasih banyak atas kunjungannya. 

0 komentar:

Post a Comment

 
Top